Jumat, 09 Desember 2011

kasihan kami yang miskin

nasib yang sudah digariskan tuhan memang tidak ada yang bisa menebak. Begitu juga soim. Selama hidupnya, ia tidak mengira harus mengalami sakit selama 23 tahun. Kaki sebelah kanannya mengalami pembengkakan.



pagi kemarin sekitar pukul 08.00, suasana dusun mejeruk desa karang diyeng kecamatan kutorejo terlihat ramai.

Hampir sebagian warga mulai beraktfitas dengan pergi ke sawah untuk mulai menanam padi.


Bahkan, sebagian warga sudah mulai pergi ke pasar untuk mulai berjualan sejak pukul 06.00.


Diantara deretan rumah berukuran sedang di desa tersebut, sebuah rumah dengan dinding dari bambu berdiri.


Dua tiang bambu yang berada didepan rumah sebagai penyangga genteng terlihat tidak lurus.


Dari kejauhan, rumah dengan alas dari tanah ini terlihat seakan-akan hampir rubuh. Jika dilihat dari luar, rumah yang memang tidak layak untuk dihuni ini terlihat gelap.


Seakan-akan tidak ada seorang pun yan menghuni.


Namun di rumah inilah soim menmghabiskan hari-harinya. Tanpa aktifitas dan tanpa kegiatan apapun, soim hanya bisa menahan sakit di kaki kanannya selama puluhan tahun.


Selama 23 tahun, lelaki berusia 46 ini tidak dapat lagi bekerja. Untuk bisa makan, ia hanya bisa mengandalkan kakaknya, miatun, seorang perempuan berusia 55 tahun yang tidak mengenal letih mengasuh adik keduanya itu.


Dengan mengandalkan dua tongkat yang digunakannya untuk membantu berjalan, soim pun keluar dari kamarnya yang gelap menuju ruang tamu untuk menemui koran ini.


‘’saya kalau jalan memang lama, maklum kalau jalan terasa perih,’’ katanya sambil mengatur tempat duduk yang terbuat dari plastik.


Saat ditemui, badan lelaki yang mulai berkeriput ini sangat kurus. Matanya sayu dan tatapannya kosong.


Kaki kanannya mengalami pembengkakan hingga berdiameter kurang lebih 20 cm. Ia mengaku tidak dapat meluruskan kakinya.


Entah penyakit apa yang diderita lelaki yang telah memiliki satu anak ini. Ia sendiri tidak mengetahui.


Yang ia inginkan hanyalah bisa sembuh dan dapat bekerja untuk mengurangi ketergantungan dengan orang lain.


Dengan nada bicara yang pelan, soim pun bercerita asal mula ia terkena penyakit yang menurutnya aneh tersebut.


‘’awalnya sekitar 23 tahun lalu, saya mengendarai sepeda pancal untuk bekerja ke sawah, sepulangnya saya kepeleset dan terjatuh,’’ katanya.


Kecelakaan kecil itulah yang mengubah garis hidupnya secara drastis. Akibat terjatuh dari sepeda, ia mengalami luka lecet di kaki kanannya.


‘’luka lecet di kaki saya sudah diobati begitu jatuh, saya bersihkan dahulu lalu saya beri obat merah,’’ katanya.


Namun rupanya usaha mengobati lukanya tidak berhasil. Luka yang awalnya kecil lambat laun membesar. Setiap malam, soim merasa nyeri di kaki kanannya.


Namun karena dipikirnya tidak berbahaya, ia hanya mengobati dengan obat merah biasa yang didapatnya dari apotik.


Tanpa disadari, kaki kanannya terus membesar. Awalnya hanya sebesar kelereng. Namun setelah satu minggu, pembengkakan di kakinya mencapai bola sepak.


Di bagian ujung lukanya terdapat seperti tonjolan kecil. Di toonjolan inilah setiap malam selalu mengeluarkan nanah yang beraroma tidak sedap. Ia pun mulai kebingungan dengan kondisinya.


Sadar penyakit yang hinggap dikakinya adalah penyakit serius, ia pun mulai mendangi puskesmas terdekat.


Namun setelah berulang kali mendatangi puskesmas, pembengkakan di kakinya tidak mengalami perubahan.


Merasa patah arang dengan pengobatan medis, ia pun beralih ke pengobatan altenatif. Berbagai macam ahli pengobatan alternartif, tabib bahkan dukun dicobanya.


Namun lagi-lagi usahanya tidak ada hasilnya sama sekali. Ia pun semakin tidak tahu apa yang harus dilakukan. ‘’kalau dibawa ke rumah sakit, jujur saja kami tidak ada biayanya, karena kami orang miskin,’’ jelasnya.


Cobaan pun semakin datang mendera dirinya. Selain luka yang semakin parah, ia juga harus kehilangan istri karena pergi meninggalkan dirinya.


Istri soim yang diharapkannya mampu mengurangi beban penderitaannya akhirnya memutuskan menjauh dari soim karena tidak sanggup melihat penderitaannya.


‘’yang saya dengar, istri saya sekarang sudah menikah dengan orang lain, padahal saya tidak ingin cerai,’’ katanya dengan suara lirih.


Namun meski begitu, ia selalu berusaha tegar dengan apa yang dialaminya. Kini, keseharian soim hanya dihabiskan di rumah kecil milik ibunya.


‘’mau bekerja juga sudah tidak bisa, saya tidak bisa berjalan,’’ katanya.


Untuk menopang kebutuhan hidupnya, soim harus mengandalkan jerih payah ibunya yang bekerja sebagai buruh tani.



‘’kerja saya ya hanya serabutan, cuma buruh tani, kalau ada kerjaan ya saya kerjakan, pokoknya apa saja,’’ ujar perempuan yang sudah terlihat tua ini.


Selain mencukupi kebutuhan soim, miatun juga tidak lelah merawat soim. Terkadang ia membersihkan luka di kakinya. Tidak jarang pula setiap malam ia membersihkan nanah yang selalu keluar dari kaki soim.


Kini, soim dan ibunya berharap pihak pemerintah mau memperhatikann nasib dirinya yang sudah 23 tahun menderita akibat penyakit aneh di kakinya.



‘’kalau bisa pemerintah mau mengobati anak saya sampai sembuh,’’ kata miatun dengan berharap.


Hal senada juga disampaikan oleh soim. Namun ia juga berpesan, jika memang ada pihak yang menyembuhkan, ia berharap nantinya kaki kanannya tidak diamputasi.


‘’saya takut nanti kaki saya dipotong, kalau bisa disembuhkan saja,’’ ujarnya dengan polos. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar